Wednesday, October 30, 2019

CONTOH PROPOSAL PENELITIAN PENERAPAN MODEL CAGNON AND COLLAY



PROPOSAL PENELITIAN

PENERAPKAN MODEL GAGNON AND COLLAY UNTUK MENINGKATKAN  HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 2 MAMUJU

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Proses belajar-mengajar adalah kegiatan pendidikan yang  melibatkan   guru dan siswa di dalamnya mutu pengalaman belajar ditentukan   oleh watak  hubungan antara keduanya. Peranan guru telah banyak mengalami perubahan,  karena setiap perubahan pandangan terhadap pendidikan dan anak menuntut  adanya perubahan peranan guru sebagai pendidik professional di dalamnya. Guru  melakukan kegiatan pembelajaran (mulai dari merancang/memilih strategi,   menyajikan, sampai dengan mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran) agar  dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.   
            Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak  yang harus dipenuhi sepanjang hayat.  Tanpa pendidikan sama sekali mustahil  suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup  mereka. Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai usaha pemberian informasi
dan pembentukan keterampilan saja, namun diperluas sehingga mencakup usaha
untuk mewujudkan keinginan, kebutuhan dan kemampuan individu sehingga  tercapai pola hidup pribadi dan sosial yang memuaskan, pendidikan bukan  semata-mata sebagai sarana untuk persiapan kehidupan yang akan datang, tetapi  untuk kehidupan anak sekarang yang sedang mengalami perkembangan menuju ketingkat kedewasaannya (ishan 2003;2-5)
                        Dalam pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan sebagai  usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi  pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. usaha-usaha yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut serta mewariskannya kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam suatu proses pendidikan. Karenanya bagaimanapun peradaban suatu masyarakat, didalamnya berlangsung dan terjadi suatu proses pendidikan sebagai usaha manusia untuk melestarikan hidupnya. Atau dengan kata lain bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai  suatu hasil peradaban bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri (nilai dan norma masyarakat) yang berfungsi sebagai filsafat pendidikannya atau sebagai cita-cita  dan pernyataan tujuan pendidikannya. Sekaligus juga menunjukkan sesuatu bagaimana warga negara bangsanya berpikir dan berperilaku secara turun temurun hingga kepada generasi berikutnya yang dalam perkembangannya akan  sampai pada tingkat peradaban yang maju atau yang meningkatnya nilai-nilai  kehidupan dan pembinaan kehidupan yang lebih sempurna (Ihsan: 2003; 1-2).  Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan proses menyampaikan  pesan melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan. Dalam hal  ini  materi pelajaran sebagai sumber pesan, guru sebagai saluran atau media dan  siswa sebagai penerima pesan. Untuk mencapai  tujuan pembelajaran yang  efektif dan efesien dengan kapasitas siswa yang memiliki karakter berbeda tidaklah mudah,  apalagi untuk mata pelajaran sains dan terkhusus lagi biologi sehingga membutuhkan rancangan pembelajaran yang harus lebih terencana. Dari ketiga pola mengajar dan belajar, belajar mandiri memperoleh perhatian terbanyak dalam rencana rancangan pengajaran. Sebagaimana ditunjukkan oleh berbagai prinsip belajar, terdapat bukti untuk menunjang pendapat bahwa belajar harus dilakukan oleh individu untuk dirinya sendiri dan bahwa hasil belajar maksimal diperoleh apabila siswa bekerja menurut kecepatannya sendiri, terlibat aktif dalam melaksanakan berbagai tugas belajar khusus dan mengalami keberhasilan dalam belajar (Hamzah: 2008; 54).
            Dalam proses pembelajaran biasa kita temui seorang pengajar menyampaikan materi dengan cara ceramah terus tanpa ada alat atau media yang bisa memotivasi peserta didik dalam memahami materi yang dibawakan tanpa  memberikan kesempatan atau mengecek pemahaman siswa, apakah mereka sudah paham atau belum materi yang diajarkan dengan model yang dipakai?. 
            Problema guru yang biasa terjadi seperti ini sering dihadapi oleh peneliti waktu menempu pendidikan di SMA Negeri 2 Mamuju. Sampai sekarang paradigma guru yang seperti itu masih ada disekolah tersebut,  sehingga mutu pendidikan di sana peningkatannya sangat minim. proses pembelajaran masih sering ditemukan hal semacam itu, khususnya dalam  pembelajaran biologi. Dalam proses pembelajaran masih banyak siswa yang kurang aktif dalam  proses belajar mengajar, selain itu siswa juga tidak aktif dalam mencari materi  sendiri yang selalu berpatokan pada buku panduan. Hal ini yang membuat guru  harus mendominasi proses pembelajaran dengan metode ceramah, selalu  memberikan materi dan penjelasan kepada siswa. Hal lain yang menjadi  permasalahan yaitu masih banyak siswa yang kurang memperhatikan pelajaran,  misalnya keluar masuk tanpa izin, cerita dan lain sebagainya, yang akan  berdampak pada hasil belajar siswa.  Berdasarkan hal di atas, maka dapat dilihat bahwa ada problema yang  juga dihadapi oleh siswa saat mengikuti proses pembelajaran biologi. Hal ini terjadi karena cara penyampaian materi masih saja dengan cara ceramah yang  tetap mendominasi proses pembelajaran biologi. Hal ini mengakibatkan pembelajaran biologi sangat tidak menarik dan membosankan, sehingga banyak siswa yang kurang memahami materi yang telah diajarkan. Selain itu kurangnya motivasi dan tidak adanya kesempatan bagi siswa untuk mengaplikasikan pemahaman siswa, menjadi salah satu problema yang saat ini dihadapi oleh siswa di SMA Negeri 2 Mamuju.
            Dalam proses pembelajaran, tentu banyak permasalahan yang dihadapi  oleh para guru dan siswa. Seperti halnya uraian di atas, maka model  pembelajaran Gagnon and Collay sengaja diterapkan pada siswa SMA Negeri 2 Mamuju. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar lebih banyak dibandingkan guru, siswa juga mampu merumuskan suatu  permasalahan dan mampu mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi. Selain  itu siswa juga mampu mengembangkan daya kreativitas yang mereka miliki.  Penerapan model pembelajaran Gagnon and Collay ternyata memperlihatkan hasil yang positif. Siswa yang tadinya kurang aktif dalam proses pembelajaran, setelah penerapan model Gagnon and Collay ini diterapkan maka siswa menjadi lebih aktif, dan lebih mandiri dalam proses pembelajaran, tidak hanya itu daya kreativitas siswa juga lebih meningkat, perhatian siswa sepenuhnya tertuju pada pelajaran yang diberikan serta meningkatnya hasil belajar yang ditunjukkan oleh siswa setelah melalui evaluasi pembelajaran.
            Berdasarkan hal di atas maka dapat diketahui bahwa penerapan model
pembelajaran Gagnon and Collay mampu mengatasi problema yang sedang
terjadi di SMA Negeri 2 Mamuju.  Seperti halnya yang dikemukakan oleh Dewi Salma Prawiradilaga bahwa  salah satu keunggulan dari model pembelajaran Gagnon and Collay ini yaitu membina peserta didik menjadi lebih aktif, selain itu peserta didik mampu mengembangkan daya kreativitas mereka karena mereka harus mampu memperlihatkan hasil belajar atau karyanya dan juga peserta didik dapat berlatih bekerja sama dengan anggota tim (Prawiradilaga: 2007; 51). Seperti telah dikemukakan dalam pembicaraan terdahulu, evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk mengukur dan selanjutnya menilai. Sampai dimanakah tujuan yang telah dirumuskan sudah dapat dilaksanakan. Apabila siswa, peserta didik mampu berperan jauh lebih aktif dan menempati porsi yang tujuan yang telah dirumuskan itu direncanakan untuk dicapai secara bertahap,  maka dengan evaluasi yang berkesinambungan akan dapat dipantau, tahapan  manakah yang sudah dapat diselesaikan, tahapan manakah yang berjalan dengan  baik, dan manapula tahapan yang mengalami kendala dalam pelaksanaannya.  Walhasil, dengan evaluasi terbuka kemungkinan bagi evaluator untuk mengukur  seberapa jauh atau seberapa besar kemajuan atau perkembangan program yang  dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah dirumuskan (Sudijono:    2006; 8-9).  Data/ informasi yang diperoleh melalui evaluasi pembelajaran, maka akan sangat bermanfaat sebagai dasar didalam pengambilan berbagai jenis keputusan instruksional yang harus dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan tugasnya sehari hari. Dan yang tidak kurang pentingnya adalah bahwa data/ informasi tersebut akan berfungsi sebagai balikan (feedback) didalam menilai efektivitas dan efisiensi proses belajar-mengajar yang telah berlangsung di kelas.

B. Rumusan Masalah 
            Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
“Apakah dengan menerapkan Model Gagnon and Collay dapat meningkatkan  hasil belajar biologi pada siswa kelas X di SMA Negeri 2 Mamuju”.

C. Tujuan
            Adapun tujuan dari penelitian melalui penerapan model Gagnon and  Collay ini adalah sebagai berikut:
     “Untuk mengetahui apakah penerapan Model Gagnon and Collay dapat  meningkatkan  hasil belajar biologi pada Siswa kelas X di SMA Negeri 2 Mamuju”.

D. Manfaat
            Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagi Siswa
a. Melatih siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran
b. Memberikan motivasi  belajar siswa karena bukan hanya hasil belajar  yang dinilai tapi setiap aspek yang mempengaruhi hasil belajar.
c. Melatih kemandirian  serta keterampilan siswa.
2. Bagi Guru
a.  Dapat memberikan sumbangan untuk kreativitas  pembelajaran biologi
b. Sebagai informasi bagi guru-guru khususnya guru mengenai pembelajaran  dengan disain pembelajaran Model Gagnon and Collay
c. Dapat meningkatkan kinerja dan profesionalismenya seorang tenaga  pendidik
3. Bagi Lembaga
a. Diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan kualitas  sekolah
b. Mutu sekolah menjadi lebih baik
4. Bagi peneliti
            Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam penelitian  kedepannya.












BAB II

TINJAUAN PUSTAKA



A. Kajian Teori
1. Hakikat Pendidikan dan Belajar
            Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan  potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Perubahan tingkah laku adalah merupakan suatu proses belajar yang signifikan terjadi di dalamnya. Untuk memperoleh pengertian yang objektif tentang belajar terutama belajar di sekolah.  Pendidikan merupakan proses yang berfungsi membimbing siswa dari tidak tahu menjadi tahu dan membimbing perkembangan diri sesuai dengan tugas- tugas perkembangan yang harus dijalankan oleh siswa. Proses belajar mengajar adalah kegiatan belajar mengajar yang menghasilkan suatu interaksi antara siswa dengan guru dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Dalam hal ini guru tidak hanya  sebagai penyampai informasi semata tetapi juga berperan sebagai: (1)  Pembimbing, yaitu guru hanya memberikan bantuan dan bimbingan kepada siswa agar dapat belajar (2) Pemimpin, yaitu guru menentukan kemana kegiatan siswa akan diarahkan (3) Fasilitator, yaitu guru menyediakan fasilitas yang dapat menciptakan kondisi lingkungan sebagai sumber bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar.   Belajar adalah key term, „ istilah kunci‟ yang paling vital dalam setiap usaha  pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan.  
                     
Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keteampilan (psikomotorik) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif) (Sadiman: 2002; 1-2). Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses
pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang dipelajari (Budiningsih: 2005; 58).
            Model-model belajar berdasarkan materi yang dipelajari yaitu pertama, belajar teoritis yang bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta  (pengetahuan) dalam satu kerangka organisasi mental, sehingga dapat dipahami dan digunakan untuk memecahkan masalah. Kedua,belajar teknik yang bertujuan
mengembangkan keterampilan dalam menangani atau mengerjakan sesuatu. Ketiga,  belajar bermasyarkat yang bertujuan untuk membatasi diri dari dorongan yang spontan. Keempat, belajar estetis yang bertujuan untuk membentuk kemampuan untuk menghayati keindahan (Sahabuddin: 2007; 85-86). Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern yang merupakan faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar misalnya psikologis, kesehatan, perhatian, bakat, minat dan sebagainya. Faktor eksternal adalah faktor yang ada diluar tubuh individu misalnya keluarga, sekolah, lingkungan dan sebagainya (Slameto: 2010; 54).
            Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu  proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu  ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluran/media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi. Pesan yang akan di komunikasikan adalah isi ajaran atau didikan yang ada dalam kurikulum. Sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku dan produser media. Salurannya adalah media pendidikan dan penerima pesannya adalah sisw Proses belajar mengajar akan senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur  manusiawi, yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar dengan siswa sebagai objek pokoknya. Dalam proses interaksi antara siswa dengan guru, dibutuhkan komponen-komponen pendukung seperti antara lain telah disebut pada ciri-ciri interaksi edukatif. Komponen komponen tersebut dalam berlangsungnya proses belajar mengajar tidak dapat dipisah-pisahkan. Dan perlu ditegaskan bahwa proses belajar mengajar yang dikatakan sebagai proses teknis ini, juga tidak dapat dilepaskan dari segi normatifnya. Segi normative  inilah yang mendasari proses belajar mengajar (Sardiman: 2003; 15).
            Belajar mempunyai keuntungan baik bagi individu maupun masyarakat. Bagi individu kemampuan untuk belajar secara terus menerus akan memberikan
konstribusi terhadap pengembangan kualitas hidupnya. Sedangkan bagi masyarakat, belajar mempunyai peran yang penting dalam mentransmisikan budaya dan pengetahuan dari generasi ke generasi. Dengan demikian belajar dapat membawa perubahan bagi si pelaku baik perubahan pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Dengan perubahan-perubahan tersebut tentunya si pelaku akan terbantu dalam memecahkan permasalahan hidup dan bisa menyesuaikan diri dan lingkungannya. Sistem pembelajaran kontekstual memasukkan komponen-komponen belajar mandiri untuk alasan yang bagus. Komponen ini  memungkinkan siswa untuk mengembangkan  pengetahuan dan keahlian yang tidak akan dapat mereka kembangkan hanya dari belajar dan menjawab pertanyaan-pertanyaan faktual mengenai topik-topik yang sempit. Pembelajaran mandiri membebaskan siswa dari a atau guru juga (Sadiman: 2005; 11).  Segala usia untuk mengerjakan tugas-tugas yang menghubungkan pelajaran akademik  dengan kehidupan sehari-hari dengan cara yang bermakna bagi tugas-tugas sekolah. Pembelaran mandiri yang ditujukan pada siswa menuntut dedikasi para guru (Johnson: 2006; 175).  Bila terjadi proses belajar, maka bersama itu pula terjadi proses mengajar. Hal  ini kiranya mudah dipahami, karena bila ada yang belajar sudah barang tentu ada  yang mengajarnya, dan begitu pula sebaliknya kalau ada yang mengajar tentu ada  yang belajar. Kalau sudah terjadi suatu proses/ saling berinteraksi, antara yang  mengajar dengan yang belajar, sebenarnya berada pada kondisi yang unik, sebab  secara sengaja atau tidak sengaja, masing-masing pihak berada dalam suasana belajar.  Jadi guru walaupun dikatakan sebagai pengajar, sebenarnya secara tidak langsung  melakukan belajar (Sardiman: 2003; 15).   Pembelajaran mandiri adalah sebuah proses. Sebagaimana proses lainnya, pola belajar ini mengikuti beberapa prosedur untuk bisa mencapai suatu tujuan.
Proses belajar mandiri adalah suatu metode yang melibatkan siswa dalam tindakan-tndakan yang meliputi beberapa langkah, dan menghasilkan baik hasil yang tampak maupun yang tidak tampak. Langkah-langkah ini menggunakan berbagai pengetahuan dan keahlian yang telah didiskusikan sebelumnya, juga menggunakan pengetahuan akademik (Johnson: 2006; 171). Guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut.

2. Pembelajaran Biologi
            Biologi adalah bagian dari sains (IPA). Perlu disadari bahwa kemajuan sains dan teknologi dapat membawa manusia ke jenjang kebahagiaan, tetapi juga sekaligus dapat membawa manusia ke dalam kesengsaraan apabila penggunaan teknologi tidak tepat. Oleh sebab itu,pendidikan sains harus mampu memberi bekal kepada peserta didik, agar dapat hidup layak dalam lingkungannya sesuai dengan perkembangan sains dan teknologi ( Tim Dosen: 2006; 7).  Pelajaran biologi di SMA bukan hanya diarahkan pada penugasan materi pelajaran, tetapi pelajaran ini memberikan pengalaman pada siswa untuk memiliki kemampuan dalam berpikir ilmiah melalui keterampilan proses (Sanjaya: 2010; 153). Masalah yang berhubungan dengan alam kehidupan, merupakan masalah yang paling menraik sejak permulaan sejarah. Perkembangan masalah kehidupan (biologi) memungkinkan kita untuk dapat lebih mengenal rahasia-rahasia yang tersembunyi mengenai masalah kehidupan yang belum kita ketahui.
3. Hasil Belajar
            Hasil belajar adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan tingkat keberhasilan yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan usaha tertentu yang merupakan hasil dari suatu interaksi belajar dan mengajar. Hasil belajar dapat diukur secara langsung dengan menggunakan tes, wawancara (Dimyati dan Mujiono: 2009; 200).   Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan kecanggihan teknologi untuk proses belajar tidak dapat menggantikan peran pengajar  atau guru di kelas (Prawiradilaga: 2007; 59). Tujuan proses belajar mengajar secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari
dikuasai sepenuhnya oleh murid. Ini disebut “mastery learning” atau belajar tuntas, artinya penguasaan penuh. Cita-cita ini hanya dapat dijadikan tujuan apabila guru meninggalkan kurva normal sebagai patokan keberhasilan mengajar (Nasution,S: 1987; 36).
            Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil  belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Oleh karena itu penilaian hasil
dan proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil merupakan akibat  dari proses (Sudjana: 2006; 3).  Hasil belajar itu dinyatakan dalam bentuk tes baik tertulis maupun lisan  yang diberikan setiap siklus. Hasil yang diperoleh dari penilaian dinyatakan  dalam bentuk hasil belajar. Oleh karena itu, tindakan atau kegiatan- kegiatan  dinamakan penilaian hasil belajar. 
            Desain sistem pembelajaran terus tumbuh sebagai suatu bidang yang dapat dimanfaatkan untuk merancang program pembelajaran dan pelatihan. Desain sistem pembelajaran diharapkan mampu menghasilkan sumber daya manusia terampil dan memiliki pengetahuan sehingga mampu menunjukkan hasil belajar dan performa yang optimal. Desain sistem pembelajaran tidak hanya berperan sebagai pendekatan yang terorganisasi (organized approach) untuk memproduksi dan mengembangkan bahan ajar, tetapi juga merupakan sebuah proses generik yang dapat digunakan untuk menganalisis masalah pembelajaran dan kinerja manusia serta menentukan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah-masalah tersebut (Pribadi: 2009; 60-61). Desain pembelajaran materi ajar menitikberatakan bagaimana  suatu topik yang menjadi bagian dari suatu materi atau mata ajaran yang disampaian kepada paserta didik dalam hal ini siswa. Model Gagnon and Collay  merumuskan desain pembelajaran terkait dengan peningkatan mutu kinerja seseorang dalam proses pembelajaran supaya terjadi peningkatan tingkahlaku yang lebih baik dari sebelumnya untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok    (Arikunto: 2009; 32). Hal yang terpenting dalam meningkatkan hasil belajar adalah dengan menciptakan suasana dalam kelas yang kondusif sehingga siswa dapat antusias dalam belajar. konsentrasi peserta didik akan terfokus apabila kondisi pembelajaran utamanya suasana kelas yang baik, oleh karena  itu guru dituntut untuk memiliki kemampuan dalam mengelola kelas. Penilaian pembelajaran biologi ditekankan  pada proses dan hasil berpikir, dalam proses berpikir yang perlu diperhatikan adalah tata nalar, alasan dan kreativitas. Prosesdan hasil berpikir tersebut dinilai dari segi kelogisan, kecermatan, efesiensi dan ketepatan (efektivitas). Untuk itu penilaian dalam pembelajaran biologi memerlukan perhatian yang serius dimana seluruh aktivitas adalah merupakan  rangkaian penilaian.
4. Model Pembelajaran Gagnon and Collay
            Model pembelajaran Ganon and Collay merupakan model pembelajaran  yang disusun berdasarkan teori konstruktivis yang menekankan pada keaktifan siswa, kemandirian serta pengembangan belajar tim secara intensif. Menurut teori belajar konstruktivisme, pengertahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif  yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol  kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak  guru.  Teori konstruktivis didalam tujuan pembelajaran berorientasi melatih  siswa untuk dapat berpikir kritis dan terampil dalam memproses pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya  sendiri dan orang lain. Dengan bekal berpikir kritis dan memproses pengetahuan  yang diproses, juga siswa diharapkan dapat memecahkan masalah-masalah dalam  kehidupan nyata dengan cara menemukan berbagai alternative solusi masalah.      
            Pada masa kini, pengaruh globalisasi bisa terlihat di berbagai bidang, termasuk pendidikan dan pelatihan. Salah satu bukti nyata adalah pemanfaatan internet untuk belajar, seperti adanya e-learning atau online learning. Namun, Gagnon and Collay sebagai model mikro, menekankan proses belajar yang dialami oleh peserta didik. Model ini disusun berdasarkan teori konstruktivisme. Sudah tentu peserta didik berperan jauh lebih aktif dan menempati porsi yang lebih banyak dibandingkan dengan model KMB (Prawiradilaga: 2007; 51).   Yang terpenting dalam teori konstruktivisme adalah bahwa dalam proses pembelajaran siswalah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukannya guru atau orang lain. Mereka  yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa
secara aktif ini perlu dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa.

B. Kerangka Pikir
Siswa kelas X SMA Negeri 2 Mamuju
            Melihat masalah diatas dimana fakta dilapangan (SMA Negeri 2 Mamuju)  yaitu masih kurang tercapainya hakikat belajar yang sesungguhnya serta sistem belajar yang kurang baik sehingga berdampak pada hasil belajar yang tidak maksimal dan oleh karena itu berdasarkan kajian teori maka Model Pembelajaran Gagnon and Collay dapat menjadi solusi bagi permasalahan pendidikan disekolah yang ditinjau dari hasil belajarnya.

Sistem belajar yang kurang baik
Hasil belajar tidak maksimal
Perlu ditingkatkan
Model Pembelajaran Gagnon and Collay sebagai solusi
Hasil belajar meningkat
 














C. Hipotesis Tindakan
            Berdasarkan kajian teoritik yang dikemukakan pada latar belakang, maka  penulis akan mengemukakan (hipotesis) jawaban sementara terhadap  permasalahan di atas adalah:  “Jika menerapkan model Ganon and Collay maka   akan meningkatkan  Hasil Belajar biologi   Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Mamuju”.























BAB III
METODOLOGI PENELITIAN


A. Lokasi dan Waktu
            Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 2 Mamuju dan rencananya akan dilaksanakan mulai bulan April 2019

B. Setting  Penelitian 
            Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom Action  Research). Model penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini  adalah model yang ditawarkan oleh John Elliot. PTK Model ini tampak lebih  rinci, karena di dalam setiap siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi  (tindakan). Sementara itu, kemungkinan terdiri dari beberapa langkah (step),  yang terialisasi dalam bentuk kegiatan belajar mengajar (Aqib 2006,24).   Penelitian tindakan kelas yang ditawarkan oleh John Elliot terdiri dari  empat komponen dalam setiap siklusnya, yaitu perencanaan (planning ), tindakan  (action), pengamatan (observesi), dan refleksi (refleck) yang dilakukan secara berulang. Seperti yang terlihat dalam gambar berikut ini:
 


C. Subjek Penelitian 
            Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Mamuju dengan subyek penelitian siswa kelas X IPA1 tahun ajaran 2018/2019. berjumlah 32 orang. Yang terdiri dari 9 siswa dan 13 siswi.


D. Faktor Yang Diselidiki
 1. Input
            Hasil belajar Siswa kelas X IPA1 SMA Negeri 2 Mamuju yang belum maksimal
2. Proses                                                      
            Faktor ini dimaksudkan untuk melihat apakah Model Pembelajaran Gagnon and Collay dapat menjadi solusi
3. output
            Peningkatan hasil belajar siswa melalui Model Pembelajaran Gagnon and Collay.

E. Prosedur Penelitian
            Penelitian tindakan kelas ini dilakukan atas beberapa siklus, dimana  setiap siklus merupakan rangkaian yang saling berkaitan. Dalam arti pelaksanaan  tindakan siklus berikutnya merupakan kelanjutan dan perbaikan dari pelaksanaan  tindakan siklus pertama dan seterusnya.
1. Tahap Perencanaan.
            Tahap ini merupakan suatu tahap persiapan untuk melakukan suatu  tindakan, pada tahap ini langkah – langkah yang dilakukan peneliti adalah  sebagai berikut:      
a. Menelaah kurikulum materi pelajaran biologi  untuk Siswa Kelas X IPA1  SMA Negeri 2 Mamuju
b. Melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing serta pihak sekolah  mengenai rencana teknis penelitian
c. Membuat skenario pembelajaran di kelas dalam hal ini pembuatan Silabus  dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi yang  akan diajarkan setiap pertemuan.
d. Menentukan strategi pembelajaran sesuai dengan metode yang akan  digunakan
e. Membuat alat bantu atau media pengajaran bila diperlukan.
f. Membuat lembar observasi untuk mengamati bagaimana kondisi belajar mengajar ketika pelaksanaan tindakan berlangsung.
g. Membuat soal hasil belajar

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
            Pada tahap pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan adalah skenario  tindakan yang telah direncanakan yaitu:
a. Sebelum masuk kelas terlebih dahulu melakukan pengamatan terhadap   karakteristik siswa dan lingkungan sekolah dan Siswa Kelas X IPA1 SMA  Negeri 2 Mamuju untuk menunjang tercapainya tujuan  pembelajaran. 
b. Memilih strategi pembelajaran yang telah ditentukan pada tahap  perencanaan sebelumnya. 
c. Menyiapkan siswa 
d. Berdoa 
e. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa yang ada hubungannya dengan  materi yang akan dibawakan.
f.  Melakukan pengajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran  (RPP) yang telah disusun sebelumnya pada tahap perencanaan. 
g. Memberikan tes untuk mengetahui hasil belajar terkait materi yang telah  diajarkan.
     3. Tahap Observasi
            Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mengamati setiap aktifitas  siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar  observasi. 
4.  Tahap Refleksi
            Pada tahap ini peneliti melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan  yang meliputi evaluasi proses, mutu, waktu, dan semua masalah atau hambatan  yang mempengaruhi hasil belajar dari setiap jenis tindakan serta memperbaiki  pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus  berikutnya.
Gambaran Umum Siklus II
            Langkah – langkah yang dilakukan pada siklus II relatif sama dengan siklus  I dan dengan mengadakan perbaikan sesuai dengan hasil refleksi yang  didapatkan pada tindakan evaluasi pada siklus I.

F.  Instrumen Penelitian
            Instrumen penelitian merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam penelitian, karena berfungsi sebagai alat pengumpulan data. Dengan demikian, instrumen harus relevan dengan masalah dan aspek yang akan diteliti, agar memperoleh data yang akurat.
            Adapun Instrumen Penelitian data yang digunakan dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah:
a. Tes, alat yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, serta  kemampuan yang dimiliki oleh individu.
b. Lembar Observasi, menggambarkan keseluruhan aspek yang berhubungan  dengan kurikulum yang menjadi pedoman dalam pembelajaran berlangsung.  Pedoman observasi yang digunakan adalah berupa daftar cheklist yang berisi  indiktor-indikator tentang aktivitas siswa selama proses pembelajaran langsung  yang dapat berfungsi sebagai pedoman untuk menentukan tindakan berikutnya.

G. Teknik pengumpulan data
            Adapun analisis data yang digunakan peneliti dalam mengelolah data  adalah sebagai berikut:
a. Pengumpulan data kuantitatif, yaitu pengumpulan data yang diperolah dari  hasil tes formatif.
b. Pengumpulan data kualitatif, yaitu pengumpulan data dengan menggunakan  data pedoman observasi dari guru maupun siswa yang diambil waktu  pelaksanaan proses belajar mengajar.

H. Teknik analisis data
            Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau
sumber data lain terkumpul.   Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara statistik deskriptif yaitu sebagai berikut:
            Statistik deskriptif terdiri atas deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Data  hasil observasi dianalisis secara kualitatif. Sedangkan data mengenai hasil belajar  biologi siswa dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan rumus:


a. Presentase
                           100% f Px N 
                 Dimana :
                                   P  = Angka persentase.
                                   f   = Frekuensi 
 





     Pedoman yang akan digunakan untuk mengubah skor mentah yang diperoleh  siswa menjadi skor standar (nilai) untuk mengetahui tingkat kemapuan siswa  mengikuti prosedur yang telah ditetapkan Depdiknas (2004) yaitu:  Tabel 1: ketuntasan Hasil belajar

I.  Indikator Keberhasilan
            Ukuran dari indikator peningkatan hasil belajar biologi siswa kelas X IPA1 SMA Negeri 2 Mamuju adalah hasil tes yang diberikan  setelah materi diajarkan yang merupakan alat ukur peneliti untuk mengetahui  peningkatan siswa setelah diberikan tindakan atau aksi dengan menggunakan  standar penilaian ketuntasan Depdiknas 2004, yang menyatakan  bahwa siswa  dikatakan tuntas belajar jika memperoleh skor minimal 65 dari skor ideal, dan  tuntas secara klasikal apabila minimal 85 % dari jumlah siswa yang telah tuntas  belajar.




Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2009
Aqib,zainal.Penelitian Tindakan Kelas.Bandung: Yrama Widya. 2006
Budiningsih Asri. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2005
Depdiknas. Pedoman Umum sistem Pengujian Hasil Kegiatan Belajar
Ihsan Fuad. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta:Rineka Cipta. 2003
Nasution.Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bandung: Bina Aksara.1987
Pribadi Benny A. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat. 2009
Sadiaman Aerief S,dkk. Media Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.2009
Sanjaya,Wina.Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Kencana.2010
Sadirman.Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta:PT RajaGrafindo Persada.2003
Sudjino.Anas.Pengantar Statistk Pendidikan.Jakarta:RajaGrafindo Persada. 2004
Uno Hamzah B. Profesi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara.2008