PROPOSAL
PENELITIAN
PENERAPKAN MODEL GAGNON AND COLLAY
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI
PADA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 2 MAMUJU
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses belajar-mengajar adalah
kegiatan pendidikan yang melibatkan guru dan siswa di dalamnya mutu pengalaman
belajar ditentukan oleh watak hubungan antara keduanya. Peranan guru telah
banyak mengalami perubahan, karena
setiap perubahan pandangan terhadap pendidikan dan anak menuntut adanya perubahan peranan guru sebagai pendidik
professional di dalamnya. Guru melakukan
kegiatan pembelajaran (mulai dari merancang/memilih strategi, menyajikan, sampai dengan mengevaluasi proses
dan hasil pembelajaran) agar dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
Pendidikan
bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang
sejalan dengan aspirasi (cita cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut
konsep pandangan hidup mereka.
Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai usaha pemberian informasi
dan
pembentukan keterampilan saja, namun diperluas sehingga mencakup usaha
untuk
mewujudkan keinginan, kebutuhan dan kemampuan individu sehingga tercapai pola hidup pribadi dan sosial yang
memuaskan, pendidikan bukan semata-mata
sebagai sarana untuk persiapan kehidupan yang akan datang, tetapi untuk kehidupan anak sekarang yang sedang
mengalami perkembangan menuju ketingkat kedewasaannya (ishan 2003;2-5)
Dalam pengertian yang
sederhana dan umum makna pendidikan sebagai
usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan
nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. usaha-usaha yang
dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut serta
mewariskannya kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan
kehidupan yang terjadi dalam suatu proses pendidikan. Karenanya bagaimanapun
peradaban suatu masyarakat, didalamnya berlangsung dan terjadi suatu proses
pendidikan sebagai usaha manusia untuk melestarikan hidupnya. Atau dengan kata
lain bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai
suatu hasil peradaban bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan
hidup bangsa itu sendiri (nilai dan norma masyarakat) yang berfungsi sebagai
filsafat pendidikannya atau sebagai cita-cita
dan pernyataan tujuan pendidikannya. Sekaligus juga menunjukkan sesuatu bagaimana
warga negara bangsanya berpikir dan berperilaku secara turun temurun hingga
kepada generasi berikutnya yang dalam perkembangannya akan sampai pada tingkat peradaban yang maju atau
yang meningkatnya nilai-nilai kehidupan
dan pembinaan kehidupan yang lebih sempurna (Ihsan: 2003; 1-2). Pada dasarnya proses belajar mengajar
merupakan proses menyampaikan pesan
melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan. Dalam hal ini materi
pelajaran sebagai sumber pesan, guru sebagai saluran atau media dan siswa sebagai penerima pesan. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efesien dengan kapasitas siswa
yang memiliki karakter berbeda tidaklah mudah,
apalagi untuk mata pelajaran sains dan terkhusus lagi biologi sehingga
membutuhkan rancangan pembelajaran yang harus lebih terencana. Dari ketiga pola
mengajar dan belajar, belajar mandiri memperoleh perhatian terbanyak dalam
rencana rancangan pengajaran. Sebagaimana ditunjukkan oleh berbagai prinsip
belajar, terdapat bukti untuk menunjang pendapat bahwa belajar harus dilakukan
oleh individu untuk dirinya sendiri dan bahwa hasil belajar maksimal diperoleh
apabila siswa bekerja menurut kecepatannya sendiri, terlibat aktif dalam melaksanakan
berbagai tugas belajar khusus dan mengalami keberhasilan dalam belajar (Hamzah:
2008; 54).
Dalam proses pembelajaran biasa kita
temui seorang pengajar menyampaikan materi dengan cara ceramah terus tanpa ada
alat atau media yang bisa memotivasi peserta didik dalam memahami materi yang
dibawakan tanpa memberikan kesempatan
atau mengecek pemahaman siswa, apakah mereka sudah paham atau belum materi yang
diajarkan dengan model yang dipakai?.
Problema guru yang biasa terjadi
seperti ini sering dihadapi oleh peneliti waktu menempu pendidikan di SMA
Negeri 2 Mamuju. Sampai sekarang paradigma guru yang seperti itu masih ada
disekolah tersebut, sehingga mutu
pendidikan di sana peningkatannya sangat minim. proses pembelajaran masih
sering ditemukan hal semacam itu, khususnya dalam pembelajaran biologi. Dalam proses
pembelajaran masih banyak siswa yang kurang aktif dalam proses belajar mengajar, selain itu siswa
juga tidak aktif dalam mencari materi sendiri
yang selalu berpatokan pada buku panduan. Hal ini yang membuat guru harus mendominasi proses pembelajaran dengan
metode ceramah, selalu memberikan materi
dan penjelasan kepada siswa. Hal lain yang menjadi permasalahan yaitu masih banyak siswa yang kurang
memperhatikan pelajaran, misalnya keluar
masuk tanpa izin, cerita dan lain sebagainya, yang akan berdampak pada hasil belajar siswa. Berdasarkan hal di atas, maka dapat dilihat
bahwa ada problema yang juga dihadapi
oleh siswa saat mengikuti proses pembelajaran biologi. Hal ini terjadi karena
cara penyampaian materi masih saja dengan cara ceramah yang tetap mendominasi proses pembelajaran biologi.
Hal ini mengakibatkan pembelajaran biologi sangat tidak menarik dan
membosankan, sehingga banyak siswa yang kurang memahami materi yang telah diajarkan.
Selain itu kurangnya motivasi dan tidak adanya kesempatan bagi siswa untuk
mengaplikasikan pemahaman siswa, menjadi salah satu problema yang saat ini
dihadapi oleh siswa di SMA Negeri 2 Mamuju.
Dalam proses pembelajaran, tentu banyak
permasalahan yang dihadapi oleh para
guru dan siswa. Seperti halnya uraian di atas, maka model pembelajaran Gagnon and Collay sengaja
diterapkan pada siswa SMA Negeri 2 Mamuju. Hal ini diharapkan mampu
meningkatkan hasil belajar lebih banyak dibandingkan guru, siswa juga mampu
merumuskan suatu permasalahan dan mampu
mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi. Selain itu siswa juga mampu mengembangkan daya kreativitas
yang mereka miliki. Penerapan model
pembelajaran Gagnon and Collay ternyata memperlihatkan hasil yang positif.
Siswa yang tadinya kurang aktif dalam proses pembelajaran, setelah penerapan
model Gagnon and Collay ini diterapkan maka siswa menjadi lebih aktif, dan
lebih mandiri dalam proses pembelajaran, tidak hanya itu daya kreativitas siswa
juga lebih meningkat, perhatian siswa sepenuhnya tertuju pada pelajaran yang
diberikan serta meningkatnya hasil belajar yang ditunjukkan oleh siswa setelah
melalui evaluasi pembelajaran.
Berdasarkan hal di atas maka dapat
diketahui bahwa penerapan model
pembelajaran
Gagnon and Collay mampu mengatasi problema yang sedang
terjadi
di SMA Negeri 2 Mamuju. Seperti halnya
yang dikemukakan oleh Dewi Salma Prawiradilaga bahwa salah satu keunggulan dari model pembelajaran
Gagnon and Collay ini yaitu membina peserta didik menjadi lebih aktif, selain
itu peserta didik mampu mengembangkan daya kreativitas mereka karena mereka
harus mampu memperlihatkan hasil belajar atau karyanya dan juga peserta didik
dapat berlatih bekerja sama dengan anggota tim (Prawiradilaga: 2007; 51). Seperti
telah dikemukakan dalam pembicaraan terdahulu, evaluasi adalah kegiatan atau
proses untuk mengukur dan selanjutnya menilai. Sampai dimanakah tujuan yang
telah dirumuskan sudah dapat dilaksanakan. Apabila siswa, peserta didik mampu
berperan jauh lebih aktif dan menempati porsi yang tujuan yang telah dirumuskan
itu direncanakan untuk dicapai secara bertahap,
maka dengan evaluasi yang berkesinambungan akan dapat dipantau,
tahapan manakah yang sudah dapat
diselesaikan, tahapan manakah yang berjalan dengan baik, dan manapula tahapan yang mengalami
kendala dalam pelaksanaannya. Walhasil,
dengan evaluasi terbuka kemungkinan bagi evaluator untuk mengukur seberapa jauh atau seberapa besar kemajuan
atau perkembangan program yang dilaksanakan
dalam rangka pencapaian tujuan yang telah dirumuskan (Sudijono: 2006; 8-9).
Data/ informasi yang diperoleh melalui evaluasi pembelajaran, maka akan sangat
bermanfaat sebagai dasar didalam pengambilan berbagai jenis keputusan instruksional
yang harus dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan tugasnya sehari hari. Dan yang
tidak kurang pentingnya adalah bahwa data/ informasi tersebut akan berfungsi
sebagai balikan (feedback) didalam menilai efektivitas dan efisiensi proses
belajar-mengajar yang telah berlangsung di kelas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di
atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
“Apakah
dengan menerapkan Model Gagnon and Collay dapat meningkatkan hasil belajar biologi pada siswa kelas X di SMA
Negeri 2 Mamuju”.
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian melalui
penerapan model Gagnon and Collay ini
adalah sebagai berikut:
“Untuk mengetahui apakah penerapan Model
Gagnon and Collay dapat meningkatkan hasil belajar biologi pada Siswa kelas X di SMA
Negeri 2 Mamuju”.
D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dalam
penelitian ini adalah:
1.
Bagi Siswa
a.
Melatih siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran
b.
Memberikan motivasi belajar siswa karena
bukan hanya hasil belajar yang dinilai
tapi setiap aspek yang mempengaruhi hasil belajar.
c.
Melatih kemandirian serta keterampilan
siswa.
2.
Bagi Guru
a.
Dapat memberikan sumbangan untuk
kreativitas pembelajaran biologi
b.
Sebagai informasi bagi guru-guru khususnya guru mengenai pembelajaran dengan disain pembelajaran Model Gagnon and
Collay
c.
Dapat meningkatkan kinerja dan profesionalismenya seorang tenaga pendidik
3.
Bagi Lembaga
a.
Diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan kualitas sekolah
b.
Mutu sekolah menjadi lebih baik
4.
Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai referensi dalam penelitian kedepannya.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat Pendidikan dan Belajar
Pendidikan
pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik
dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Perubahan
tingkah laku adalah merupakan suatu proses belajar yang signifikan terjadi di
dalamnya. Untuk memperoleh pengertian yang objektif tentang belajar terutama
belajar di sekolah. Pendidikan merupakan proses yang berfungsi
membimbing siswa dari tidak tahu menjadi tahu dan membimbing perkembangan diri
sesuai dengan tugas- tugas perkembangan yang harus dijalankan oleh siswa. Proses
belajar mengajar adalah kegiatan belajar mengajar yang menghasilkan suatu
interaksi antara siswa dengan guru dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran.
Dalam hal ini guru tidak hanya sebagai penyampai informasi semata tetapi
juga berperan sebagai: (1) Pembimbing, yaitu
guru hanya memberikan bantuan dan bimbingan kepada siswa agar dapat belajar (2)
Pemimpin, yaitu guru menentukan kemana kegiatan siswa akan diarahkan (3)
Fasilitator, yaitu guru menyediakan fasilitas yang dapat menciptakan kondisi lingkungan
sebagai sumber bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Belajar adalah key term, „ istilah kunci‟
yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar
sesungguhnya tak pernah ada pendidikan.
Salah
satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan
tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik
perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keteampilan (psikomotorik)
maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif) (Sadiman: 2002; 1-2). Menurut
pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses
pembentukan
pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar. Ia harus aktif
melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang
hal-hal yang dipelajari (Budiningsih: 2005; 58).
Model-model belajar berdasarkan
materi yang dipelajari yaitu pertama, belajar teoritis yang bertujuan untuk menempatkan
semua data dan fakta (pengetahuan) dalam
satu kerangka organisasi mental, sehingga dapat dipahami dan digunakan untuk
memecahkan masalah. Kedua,belajar teknik yang bertujuan
mengembangkan
keterampilan dalam menangani atau mengerjakan sesuatu. Ketiga, belajar bermasyarkat yang bertujuan untuk membatasi
diri dari dorongan yang spontan. Keempat, belajar estetis yang bertujuan untuk
membentuk kemampuan untuk menghayati keindahan (Sahabuddin: 2007; 85-86). Faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua
golongan saja, yaitu faktor intern yang merupakan faktor yang ada dalam diri
individu yang sedang belajar misalnya psikologis, kesehatan, perhatian, bakat,
minat dan sebagainya. Faktor eksternal adalah faktor yang ada diluar tubuh
individu misalnya keluarga, sekolah, lingkungan dan sebagainya (Slameto: 2010;
54).
Proses belajar mengajar pada
hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan
melalui saluran/media tertentu ke penerima
pesan. Pesan, sumber pesan, saluran/media dan penerima pesan adalah komponen-komponen
proses komunikasi. Pesan yang akan di komunikasikan adalah isi ajaran atau
didikan yang ada dalam kurikulum. Sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain
ataupun penulis buku dan produser media. Salurannya adalah media pendidikan dan
penerima pesannya adalah sisw Proses belajar mengajar akan senantiasa merupakan
proses kegiatan interaksi antara dua unsur
manusiawi, yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak
yang mengajar dengan siswa sebagai objek pokoknya. Dalam proses interaksi
antara siswa dengan guru, dibutuhkan komponen-komponen pendukung seperti antara
lain telah disebut pada ciri-ciri interaksi edukatif. Komponen komponen
tersebut dalam berlangsungnya proses belajar mengajar tidak dapat dipisah-pisahkan.
Dan perlu ditegaskan bahwa proses belajar mengajar yang dikatakan sebagai
proses teknis ini, juga tidak dapat dilepaskan dari segi normatifnya. Segi
normative inilah yang mendasari proses
belajar mengajar (Sardiman: 2003; 15).
Belajar mempunyai keuntungan baik
bagi individu maupun masyarakat. Bagi individu kemampuan untuk belajar secara
terus menerus akan memberikan
konstribusi
terhadap pengembangan kualitas hidupnya. Sedangkan bagi masyarakat, belajar
mempunyai peran yang penting dalam mentransmisikan budaya dan pengetahuan dari
generasi ke generasi. Dengan demikian belajar dapat membawa perubahan bagi si
pelaku baik perubahan pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Dengan
perubahan-perubahan tersebut tentunya si pelaku akan terbantu dalam memecahkan
permasalahan hidup dan bisa menyesuaikan diri dan lingkungannya. Sistem
pembelajaran kontekstual memasukkan komponen-komponen belajar mandiri untuk
alasan yang bagus. Komponen ini
memungkinkan siswa untuk mengembangkan
pengetahuan dan keahlian yang tidak akan dapat mereka kembangkan hanya
dari belajar dan menjawab pertanyaan-pertanyaan faktual mengenai topik-topik
yang sempit. Pembelajaran mandiri membebaskan siswa dari a atau guru juga
(Sadiman: 2005; 11). Segala usia untuk
mengerjakan tugas-tugas yang menghubungkan pelajaran akademik dengan kehidupan sehari-hari dengan cara yang
bermakna bagi tugas-tugas sekolah. Pembelaran mandiri yang ditujukan pada siswa
menuntut dedikasi para guru (Johnson: 2006; 175). Bila terjadi proses belajar, maka bersama itu
pula terjadi proses mengajar. Hal ini
kiranya mudah dipahami, karena bila ada yang belajar sudah barang tentu
ada yang mengajarnya, dan begitu pula
sebaliknya kalau ada yang mengajar tentu ada
yang belajar. Kalau sudah terjadi suatu proses/ saling berinteraksi,
antara yang mengajar dengan yang
belajar, sebenarnya berada pada kondisi yang unik, sebab secara sengaja atau tidak sengaja,
masing-masing pihak berada dalam suasana belajar. Jadi guru walaupun dikatakan sebagai
pengajar, sebenarnya secara tidak langsung
melakukan belajar (Sardiman: 2003; 15).
Pembelajaran mandiri adalah sebuah proses. Sebagaimana proses lainnya, pola
belajar ini mengikuti beberapa prosedur untuk bisa mencapai suatu tujuan.
Proses
belajar mandiri adalah suatu metode yang melibatkan siswa dalam tindakan-tndakan
yang meliputi beberapa langkah, dan menghasilkan baik hasil yang tampak maupun
yang tidak tampak. Langkah-langkah ini menggunakan berbagai pengetahuan dan
keahlian yang telah didiskusikan sebelumnya, juga menggunakan pengetahuan akademik
(Johnson: 2006; 171). Guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada
siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat
memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk
menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi
sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru
dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih
tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut.
2. Pembelajaran Biologi
Biologi adalah bagian dari sains
(IPA). Perlu disadari bahwa kemajuan sains dan teknologi dapat membawa manusia
ke jenjang kebahagiaan, tetapi juga sekaligus dapat membawa manusia ke dalam kesengsaraan
apabila penggunaan teknologi tidak tepat. Oleh sebab itu,pendidikan sains harus
mampu memberi bekal kepada peserta didik, agar dapat hidup layak dalam
lingkungannya sesuai dengan perkembangan sains dan teknologi ( Tim Dosen: 2006;
7). Pelajaran biologi di SMA bukan hanya
diarahkan pada penugasan materi pelajaran, tetapi pelajaran ini memberikan
pengalaman pada siswa untuk memiliki kemampuan dalam berpikir ilmiah melalui
keterampilan proses (Sanjaya: 2010; 153). Masalah yang berhubungan dengan alam
kehidupan, merupakan masalah yang paling menraik sejak permulaan sejarah.
Perkembangan masalah kehidupan (biologi) memungkinkan kita untuk dapat lebih
mengenal rahasia-rahasia yang tersembunyi mengenai masalah kehidupan yang belum
kita ketahui.
3. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah istilah yang
digunakan untuk menunjukkan tingkat keberhasilan yang dicapai oleh seseorang
setelah melakukan usaha tertentu yang merupakan hasil dari suatu interaksi
belajar dan mengajar. Hasil belajar dapat diukur secara langsung dengan
menggunakan tes, wawancara (Dimyati dan Mujiono: 2009; 200). Tes adalah serentetan pertanyaan atau
latihan atau alat lain yang digunakan kecanggihan teknologi untuk proses
belajar tidak dapat menggantikan peran pengajar
atau guru di kelas (Prawiradilaga: 2007; 59). Tujuan proses belajar
mengajar secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari
dikuasai
sepenuhnya oleh murid. Ini disebut “mastery learning” atau belajar tuntas, artinya
penguasaan penuh. Cita-cita ini hanya dapat dijadikan tujuan apabila guru meninggalkan
kurva normal sebagai patokan keberhasilan mengajar (Nasution,S: 1987; 36).
Penilaian hasil belajar adalah
proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria
tertentu. Oleh karena itu penilaian hasil
dan
proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil merupakan
akibat dari proses (Sudjana: 2006;
3). Hasil belajar itu dinyatakan dalam
bentuk tes baik tertulis maupun lisan yang
diberikan setiap siklus. Hasil yang diperoleh dari penilaian dinyatakan dalam bentuk hasil belajar. Oleh karena itu,
tindakan atau kegiatan- kegiatan dinamakan
penilaian hasil belajar.
Desain sistem pembelajaran terus
tumbuh sebagai suatu bidang yang dapat dimanfaatkan untuk merancang program pembelajaran
dan pelatihan. Desain sistem pembelajaran diharapkan mampu menghasilkan sumber
daya manusia terampil dan memiliki pengetahuan sehingga mampu menunjukkan hasil
belajar dan performa yang optimal. Desain sistem pembelajaran tidak hanya
berperan sebagai pendekatan yang terorganisasi (organized approach) untuk
memproduksi dan mengembangkan bahan ajar, tetapi juga merupakan sebuah proses
generik yang dapat digunakan untuk menganalisis masalah pembelajaran dan
kinerja manusia serta menentukan solusi yang tepat untuk mengatasi
masalah-masalah tersebut (Pribadi: 2009; 60-61). Desain pembelajaran materi
ajar menitikberatakan bagaimana suatu
topik yang menjadi bagian dari suatu materi atau mata ajaran yang disampaian
kepada paserta didik dalam hal ini siswa. Model Gagnon and Collay merumuskan desain pembelajaran terkait dengan
peningkatan mutu kinerja seseorang dalam proses pembelajaran supaya terjadi
peningkatan tingkahlaku yang lebih baik dari sebelumnya untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok (Arikunto:
2009; 32). Hal yang terpenting dalam meningkatkan hasil belajar adalah dengan menciptakan
suasana dalam kelas yang kondusif sehingga siswa dapat antusias dalam belajar.
konsentrasi peserta didik akan terfokus apabila kondisi pembelajaran utamanya
suasana kelas yang baik, oleh karena itu
guru dituntut untuk memiliki kemampuan dalam mengelola kelas. Penilaian pembelajaran
biologi ditekankan pada proses dan hasil
berpikir, dalam proses berpikir yang perlu diperhatikan adalah tata nalar,
alasan dan kreativitas. Prosesdan hasil berpikir tersebut dinilai dari segi
kelogisan, kecermatan, efesiensi dan ketepatan (efektivitas). Untuk itu penilaian
dalam pembelajaran biologi memerlukan perhatian yang serius dimana seluruh
aktivitas adalah merupakan rangkaian
penilaian.
4. Model Pembelajaran Gagnon and
Collay
Model pembelajaran Ganon and Collay
merupakan model pembelajaran yang
disusun berdasarkan teori konstruktivis yang menekankan pada keaktifan siswa,
kemandirian serta pengembangan belajar tim secara intensif. Menurut teori
belajar konstruktivisme, pengertahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari
pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun
struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa
tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil
yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru. Teori
konstruktivis didalam tujuan pembelajaran berorientasi melatih siswa untuk dapat berpikir kritis dan
terampil dalam memproses pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan
sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri
dan orang lain. Dengan bekal berpikir kritis dan memproses pengetahuan yang diproses, juga siswa diharapkan dapat memecahkan
masalah-masalah dalam kehidupan nyata
dengan cara menemukan berbagai alternative solusi masalah.
Pada masa kini, pengaruh globalisasi
bisa terlihat di berbagai bidang, termasuk pendidikan dan pelatihan. Salah satu
bukti nyata adalah pemanfaatan internet untuk belajar, seperti adanya e-learning
atau online learning. Namun, Gagnon and Collay sebagai model mikro, menekankan
proses belajar yang dialami oleh peserta didik. Model ini disusun berdasarkan
teori konstruktivisme. Sudah tentu peserta didik berperan jauh lebih aktif dan
menempati porsi yang lebih banyak dibandingkan dengan model KMB (Prawiradilaga:
2007; 51). Yang terpenting dalam teori
konstruktivisme adalah bahwa dalam proses pembelajaran siswalah yang harus
mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan
mereka, bukannya guru atau orang lain. Mereka
yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan
belajar siswa
secara
aktif ini perlu dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka
untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa.
B. Kerangka Pikir
Siswa kelas X SMA Negeri 2
Mamuju
|
Sistem belajar
yang kurang baik
|
Hasil belajar
tidak maksimal
|
Perlu
ditingkatkan
|
Model
Pembelajaran Gagnon and Collay sebagai solusi
|
Hasil
belajar meningkat
|
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teoritik yang
dikemukakan pada latar belakang, maka penulis
akan mengemukakan (hipotesis) jawaban sementara terhadap permasalahan di atas adalah: “Jika menerapkan model Ganon and Collay
maka akan meningkatkan Hasil Belajar biologi Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Mamuju”.
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu
Penelitian
ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 2 Mamuju dan rencananya akan dilaksanakan
mulai bulan April 2019
B. Setting Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas (classroom Action Research).
Model penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah model yang ditawarkan oleh John Elliot.
PTK Model ini tampak lebih rinci, karena
di dalam setiap siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi (tindakan). Sementara itu, kemungkinan terdiri
dari beberapa langkah (step), yang
terialisasi dalam bentuk kegiatan belajar mengajar (Aqib 2006,24). Penelitian
tindakan kelas yang ditawarkan oleh John Elliot terdiri dari empat komponen dalam setiap siklusnya, yaitu
perencanaan (planning ), tindakan (action),
pengamatan (observesi), dan refleksi (refleck) yang dilakukan secara berulang.
Seperti yang terlihat dalam gambar berikut ini:
C. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA
Negeri 2 Mamuju dengan subyek penelitian siswa kelas X IPA1 tahun ajaran
2018/2019. berjumlah 32 orang. Yang terdiri dari 9 siswa dan 13 siswi.
D.
Faktor Yang Diselidiki
1. Input
Hasil
belajar Siswa kelas X IPA1 SMA Negeri 2 Mamuju yang belum maksimal
2.
Proses
Faktor
ini dimaksudkan untuk melihat apakah Model Pembelajaran Gagnon and Collay dapat
menjadi solusi
3. output
Peningkatan
hasil belajar siswa melalui Model Pembelajaran Gagnon and Collay.
E. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini
dilakukan atas beberapa siklus, dimana setiap
siklus merupakan rangkaian yang saling berkaitan. Dalam arti pelaksanaan tindakan siklus berikutnya merupakan
kelanjutan dan perbaikan dari pelaksanaan tindakan siklus pertama dan seterusnya.
1. Tahap Perencanaan.
Tahap ini merupakan suatu tahap
persiapan untuk melakukan suatu tindakan,
pada tahap ini langkah – langkah yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:
a.
Menelaah kurikulum materi pelajaran biologi
untuk Siswa Kelas X IPA1 SMA
Negeri 2 Mamuju
b.
Melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing serta pihak sekolah mengenai rencana teknis penelitian
c.
Membuat skenario pembelajaran di kelas dalam hal ini pembuatan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
sesuai dengan materi yang akan diajarkan
setiap pertemuan.
d.
Menentukan strategi pembelajaran sesuai dengan metode yang akan digunakan
e.
Membuat alat bantu atau media pengajaran bila diperlukan.
f.
Membuat lembar observasi untuk mengamati bagaimana kondisi belajar mengajar
ketika pelaksanaan tindakan berlangsung.
g.
Membuat soal hasil belajar
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada
tahap pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan adalah skenario tindakan yang telah direncanakan yaitu:
a.
Sebelum masuk kelas terlebih dahulu melakukan pengamatan terhadap karakteristik
siswa dan lingkungan sekolah dan Siswa Kelas X IPA1 SMA Negeri 2 Mamuju untuk menunjang tercapainya
tujuan pembelajaran.
b.
Memilih strategi pembelajaran yang telah ditentukan pada tahap perencanaan sebelumnya.
c.
Menyiapkan siswa
d.
Berdoa
e.
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa yang ada hubungannya dengan materi yang akan dibawakan.
f. Melakukan pengajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah disusun
sebelumnya pada tahap perencanaan.
g.
Memberikan tes untuk mengetahui hasil belajar terkait materi yang telah diajarkan.
3. Tahap Observasi
Pada tahap ini kegiatan yang
dilakukan adalah mengamati setiap aktifitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung
dengan menggunakan lembar observasi.
4.
Tahap Refleksi
Pada tahap ini peneliti melakukan
evaluasi tindakan yang telah dilakukan yang
meliputi evaluasi proses, mutu, waktu, dan semua masalah atau hambatan yang mempengaruhi hasil belajar dari setiap
jenis tindakan serta memperbaiki pelaksanaan
tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus berikutnya.
Gambaran
Umum Siklus II
Langkah – langkah yang dilakukan
pada siklus II relatif sama dengan siklus I dan dengan mengadakan perbaikan sesuai
dengan hasil refleksi yang didapatkan
pada tindakan evaluasi pada siklus I.
F.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan salah
satu unsur yang sangat penting dalam penelitian, karena berfungsi sebagai alat
pengumpulan data. Dengan demikian, instrumen harus relevan dengan masalah dan
aspek yang akan diteliti, agar memperoleh data yang akurat.
Adapun Instrumen Penelitian data
yang digunakan dalam penelitian
tindakan
kelas ini adalah:
a.
Tes, alat yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, serta kemampuan yang dimiliki oleh individu.
b.
Lembar Observasi, menggambarkan keseluruhan aspek yang berhubungan dengan kurikulum yang menjadi pedoman dalam
pembelajaran berlangsung. Pedoman
observasi yang digunakan adalah berupa daftar cheklist yang berisi indiktor-indikator tentang aktivitas siswa
selama proses pembelajaran langsung yang
dapat berfungsi sebagai pedoman untuk menentukan tindakan berikutnya.
G. Teknik pengumpulan data
Adapun analisis data yang digunakan
peneliti dalam mengelolah data adalah
sebagai berikut:
a.
Pengumpulan data kuantitatif, yaitu pengumpulan data yang diperolah dari hasil tes formatif.
b.
Pengumpulan data kualitatif, yaitu pengumpulan data dengan menggunakan data pedoman observasi dari guru maupun siswa
yang diambil waktu pelaksanaan proses
belajar mengajar.
H. Teknik analisis data
Analisis data merupakan kegiatan
setelah data dari seluruh responden atau
sumber
data lain terkumpul. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis
secara statistik deskriptif yaitu sebagai berikut:
Statistik deskriptif terdiri atas
deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Data hasil observasi dianalisis secara kualitatif.
Sedangkan data mengenai hasil belajar biologi
siswa dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan rumus:
a.
Presentase
100% f Px N
Dimana :
P = Angka persentase.
f = Frekuensi
Pedoman yang akan digunakan untuk mengubah
skor mentah yang diperoleh siswa menjadi
skor standar (nilai) untuk mengetahui tingkat kemapuan siswa mengikuti prosedur yang telah ditetapkan
Depdiknas (2004) yaitu: Tabel 1:
ketuntasan Hasil belajar
I.
Indikator Keberhasilan
Ukuran dari indikator peningkatan
hasil belajar biologi siswa kelas X IPA1 SMA Negeri 2 Mamuju adalah hasil tes
yang diberikan setelah materi diajarkan
yang merupakan alat ukur peneliti untuk mengetahui peningkatan siswa setelah diberikan tindakan
atau aksi dengan menggunakan standar
penilaian ketuntasan Depdiknas 2004, yang menyatakan bahwa siswa dikatakan tuntas belajar jika memperoleh skor
minimal 65 dari skor ideal, dan tuntas
secara klasikal apabila minimal 85 % dari jumlah siswa yang telah tuntas belajar.
Daftar
Pustaka
Arikunto,
Suharsimi.Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2009
Aqib,zainal.Penelitian Tindakan Kelas.Bandung: Yrama
Widya. 2006
Budiningsih
Asri. Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: PT Rineka Cipta. 2005
Depdiknas. Pedoman Umum sistem Pengujian Hasil
Kegiatan Belajar
Ihsan
Fuad. Dasar-dasar Kependidikan.
Jakarta:Rineka Cipta. 2003
Nasution.Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan
Mengajar. Bandung: Bina Aksara.1987
Pribadi
Benny A. Model Desain Sistem Pembelajaran.
Jakarta: Dian Rakyat. 2009
Sadiaman
Aerief S,dkk. Media Pendidikan. Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada.2009
Sanjaya,Wina.Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta:Kencana.2010
Sadirman.Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta:PT
RajaGrafindo Persada.2003
Sudjino.Anas.Pengantar Statistk Pendidikan.Jakarta:RajaGrafindo
Persada. 2004
Uno
Hamzah B. Profesi Pendidikan.Jakarta:
Bumi Aksara.2008